Saatnya Aplikasi Lokal Berjaya
A
A
A
Dalam ruang lingkup seni rupa, kurator bertugas mengumpulkan, menata, dan menentukan karya apa saja yang boleh ditampilkan dalam sebuah museum atau pameran seni.
Melalui Everstore, Evercoss berupaya menjadi kurator terhadap aplikasi lokal. Tahun ini lembaga riset International Data Corporation (IDC) Indonesia memprediksi bahwa lebih dari 80 persen sistem operasi smartphoneyang beredar di Indonesia adalah Android. Dengan asumsi pengguna smartphone mencapai 41 juta orang pada 2013, maka diperkirakan lebih dari 30 juta konsumen Indonesia memakai sistem operasi buatan Google tersebut.
Sayangnya, dengan jumlah pengguna yang demikian besar itu, dampak terhadap industri kreatif lokal masih sangat minim. Ini terlihat dari aplikasi buatan pengembang aplikasi (developer) lokal yang minim dan seolah tenggelam di toko aplikasi seperti Google Play.
Pengembang butuh wadah lain untuk memasarkan karya mereka agar lebih mudah sampai ke tangan konsumen. Nah, wadah itu, salah satunya datang lewat toko aplikasi Everstore milik vendor ponsel lokal Evercoss.
Dikenalkan di Jakarta pada Selasa (28/10) silam, Everstore dirancang sebagai toko aplikasi yang telah ”dikurasi” sesuai kebutuhan para pengguna Android di Tanah Air. Tentu saja, salah satunya dilakukan dengan cara mengajak para developer lokal untuk bergabung dan memasarkan aplikasi mereka di Everstore.
”Kami yakin karya anak bangsa tidak kalah hebat,” tegas Chief Marketing Officer Evercoss Mobile Janto Djojo. ”Ini hanya soal kesempatan yang belum diberikan secara optimal kepada mereka,” tambahnya.
Bahkan, Janto berharap kehadiran Everstore dapat mendorong potensi developer lokal hingga dapat terekspose ke ranah global. Itulah sebabnya Everstore mengusung slogan ”Glocal Apps”, yang memiliki arti aplikasi berbasis lokal namun memiliki kualitas global. ”Tujuan kami ada dua: mengakomodir kebutuhan para pengguna perangkat Android Tanah Air dan mendorong tumbuhnya industri kreatif di bidang aplikasi mobile,” ujar Janto.
CEO DyCode Andri Yadi yang membuat aplikasi seperti Jepret Story dan Movreak mengatakan kesulitan developer lokal salah satunya adalah dalam pemasaran. ”Membuat aplikasi yang bagus adalah satu hal. Tapi, jika tidak dibantu mendistribusikan ke konsumen, maka aplikasi tersebut tidak akan kemana-mana,” ungkap Andri.
Andri juga menilai bantuan channel untuk memasarkan aplikasi sangat penting, karena rata-rata developer lokal masih “bootstrapping” atau berjuang sendiri. Hal itu juga diakui Djonny Stevens yang baru bisa melakukan coding di waktu senggang atau saat akhir pekan karena memiliki pekerjaan full time. ”Channel pemasaran aplikasi diluar Google Play pasti akan memiliki dampak terhadap exposuresi developer, walau sekecil apapun. Apalagi jika natureaplikasinya bersifat generik seperti game,” katanya.
Normalnya, Djonny mengatakan, developerakan mengenalkan aplikasi buatannya ke temen sesama developer atau memasangnya di forum open source seperti xda-developers. ”Sayangnya, developer seperti saya lebih suka mengutak-atik fitur aplikasi daripada memikirkan soal pemasaran,” kata pembuat aplikasi IO Notes ini.
Everstore tentu saja akan dibenamkan pada ponsel keluaran Evercoss. Jika di awal tahun ini saja Evercoss menargetkan penjualan lebih dari satu juta unit, tentu saja exposureyang didapat developerlokal bisa signifikan.
500 Ribu Aplikasi
Saat ini Everstore sudah memiliki 500 ribu aplikasi yang bisa diunduh oleh pengguna Android. Pihak Evercoss sendiri bekerja sama dengan perusahaan asal China Baidu yang belum lama ini telah merilis toko aplikasi mereka sendiri yang disebut MoboMarket di Indonesia. Bahkan, Everstore menggunakan engine yang sama dengan MoboMarket.
Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei mengatakan, Evercoss dan Baidu memiliki visi yang sejalan. Yakni berkontribusi dalam mengembangkan ekosistem internet mobile di Indonesia serta membantu pengembang aplikasi Android lokal memasarkan aplikasi mereka.
Sejak September silam, Baidu sendiri sudah menggelar ajang Finding Top 50 Local Apps di beberapa kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta yang berakhir pada 20 November 2014 mendatang. Mereka memilih 50 aplikasi lokal terbaik yang memperbutkan hadiah total ratusan juta rupiah.
Danang arradian
Melalui Everstore, Evercoss berupaya menjadi kurator terhadap aplikasi lokal. Tahun ini lembaga riset International Data Corporation (IDC) Indonesia memprediksi bahwa lebih dari 80 persen sistem operasi smartphoneyang beredar di Indonesia adalah Android. Dengan asumsi pengguna smartphone mencapai 41 juta orang pada 2013, maka diperkirakan lebih dari 30 juta konsumen Indonesia memakai sistem operasi buatan Google tersebut.
Sayangnya, dengan jumlah pengguna yang demikian besar itu, dampak terhadap industri kreatif lokal masih sangat minim. Ini terlihat dari aplikasi buatan pengembang aplikasi (developer) lokal yang minim dan seolah tenggelam di toko aplikasi seperti Google Play.
Pengembang butuh wadah lain untuk memasarkan karya mereka agar lebih mudah sampai ke tangan konsumen. Nah, wadah itu, salah satunya datang lewat toko aplikasi Everstore milik vendor ponsel lokal Evercoss.
Dikenalkan di Jakarta pada Selasa (28/10) silam, Everstore dirancang sebagai toko aplikasi yang telah ”dikurasi” sesuai kebutuhan para pengguna Android di Tanah Air. Tentu saja, salah satunya dilakukan dengan cara mengajak para developer lokal untuk bergabung dan memasarkan aplikasi mereka di Everstore.
”Kami yakin karya anak bangsa tidak kalah hebat,” tegas Chief Marketing Officer Evercoss Mobile Janto Djojo. ”Ini hanya soal kesempatan yang belum diberikan secara optimal kepada mereka,” tambahnya.
Bahkan, Janto berharap kehadiran Everstore dapat mendorong potensi developer lokal hingga dapat terekspose ke ranah global. Itulah sebabnya Everstore mengusung slogan ”Glocal Apps”, yang memiliki arti aplikasi berbasis lokal namun memiliki kualitas global. ”Tujuan kami ada dua: mengakomodir kebutuhan para pengguna perangkat Android Tanah Air dan mendorong tumbuhnya industri kreatif di bidang aplikasi mobile,” ujar Janto.
CEO DyCode Andri Yadi yang membuat aplikasi seperti Jepret Story dan Movreak mengatakan kesulitan developer lokal salah satunya adalah dalam pemasaran. ”Membuat aplikasi yang bagus adalah satu hal. Tapi, jika tidak dibantu mendistribusikan ke konsumen, maka aplikasi tersebut tidak akan kemana-mana,” ungkap Andri.
Andri juga menilai bantuan channel untuk memasarkan aplikasi sangat penting, karena rata-rata developer lokal masih “bootstrapping” atau berjuang sendiri. Hal itu juga diakui Djonny Stevens yang baru bisa melakukan coding di waktu senggang atau saat akhir pekan karena memiliki pekerjaan full time. ”Channel pemasaran aplikasi diluar Google Play pasti akan memiliki dampak terhadap exposuresi developer, walau sekecil apapun. Apalagi jika natureaplikasinya bersifat generik seperti game,” katanya.
Normalnya, Djonny mengatakan, developerakan mengenalkan aplikasi buatannya ke temen sesama developer atau memasangnya di forum open source seperti xda-developers. ”Sayangnya, developer seperti saya lebih suka mengutak-atik fitur aplikasi daripada memikirkan soal pemasaran,” kata pembuat aplikasi IO Notes ini.
Everstore tentu saja akan dibenamkan pada ponsel keluaran Evercoss. Jika di awal tahun ini saja Evercoss menargetkan penjualan lebih dari satu juta unit, tentu saja exposureyang didapat developerlokal bisa signifikan.
500 Ribu Aplikasi
Saat ini Everstore sudah memiliki 500 ribu aplikasi yang bisa diunduh oleh pengguna Android. Pihak Evercoss sendiri bekerja sama dengan perusahaan asal China Baidu yang belum lama ini telah merilis toko aplikasi mereka sendiri yang disebut MoboMarket di Indonesia. Bahkan, Everstore menggunakan engine yang sama dengan MoboMarket.
Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei mengatakan, Evercoss dan Baidu memiliki visi yang sejalan. Yakni berkontribusi dalam mengembangkan ekosistem internet mobile di Indonesia serta membantu pengembang aplikasi Android lokal memasarkan aplikasi mereka.
Sejak September silam, Baidu sendiri sudah menggelar ajang Finding Top 50 Local Apps di beberapa kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta yang berakhir pada 20 November 2014 mendatang. Mereka memilih 50 aplikasi lokal terbaik yang memperbutkan hadiah total ratusan juta rupiah.
Danang arradian
(bbg)